SARIYATI , BUDIDAYA ANGGREK , SMK N 1 NGABLAK
Metode Transfer Gen Anggrek Ditemukan
TEMPO Interaktif ,
Yogyakarta: Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Dr Endang
Semiarti, meraih penghargaan pertama Nagoya International Orchid
Congress (NIOC), mengalahkan 156 peneliti dari 36 negara. Endang
berhasil menemukan teknologi perbanyak massal tanaman anggrek melalui
metode transfer gen, sebuah terobosan baru dalam budidaya anggrek.
Tanaman
yang digunakan Endang sebagai bahan penelitian adalah anggrek jenis
Phalaenopsis amabilis atau anggrek bulan. Mwtode transfer gen yang
dilakukan Endang pada dasarnya adalah meletakkan gen kunci pertumbuhan
tunas. Dengan metode ini, dari satu embrio tanaman anggrek bisa
dihasilkan 90 tanaman baru dengan jenis yang sama dan dengan kualitas
yang sama.
“Selama ini, perbanyakan tanaman anggrek menggunakan sistem split
anakan atau dengan teknik kultur jaringan. Kedua metode ini hanya
menghasilkan satu anakan. Sementara dengan metode tranfer gen ini, satu
embiro akan menghasilkan 90 tanaman baru. Ini terobosan baru dalam
budidaya anggrek,” kata Endang Semiarti saat berbincang-bincang dengan
wartawan di ruang Fortakgama UGM, Selasa (14/4).
Salah satu kendala budidaya anggrek menurut Endang adalah lamanya waktu pertumbuhan. Dengan teknologi alami, atau perbanyakan anakan, anggrek bulan butuh waktu tiga tahun sampai berbunga. Dengan teknik kultur jaringan, hanya dibutuhkan waktu dua tahun. Sementara dengan metode transfer gen ini, menurut Endang, hanya butuh waktu satu tahun.
NIOC Encouraged Award 2009 merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan bersamaan acara Nagoya International Orchid Show, Jepang, ini memberikan penghargaan kepada peneliti dengan hasil penelitian terbaik tiap tahunnya. Pada even ini Endang dinobatkan sebagai pemenang pertama, mengungguli dari 159 peserta peneliti dari 36 negara diantaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya.
Endang yang meneliti anggrek sejak tahun 2001 ini mengaku prihatin dengan kondisi peranggrekan di Indonesia. Dari 20.000 jenis anggrek di dunia, 5.000 jenis diantaranya berada di Indonesia. “Dari 5.000 jenis tersebut, baru 1.500 jenis yang sudah bisa diidentifikasi. Siasanya belum sempat teridentifikasi, bahkan dikhawatirkan sudah punah sebelum sempat teridentifikasi akibat laju perusakan hutan,” ujarnya.
Menurut Endang, penelitian tentang anggrek di Indonesia sangat tertinggal dengan Taiwan, Thailand dan Singapuran. “Padahal, Taiwan dan Singapura sama sekali tidak memiliki anggrek alami. Mereka hanya memiliki teknologi,” ujarnya. Negara terkemuka di bidang peneltian anggrek, menurut Endang, adalah Taiwan. “Penelitian anggrek di Taiwan didanai oleh pemerintah,” ungkapnya.
Saat ini Endang tengah melakukan penelitian budidaya anggrek hitam yang merupakan tanaman asli Kalimantan. Penelitian dilakukan di Fakultas Biologi UGM. Menurut Endang, di habitat aslinya di Kutai, Kalimantan, populasi anggrek hitam makin menipis. Selain karena perburuan manusia juga makin menyempitnya hutan akibat penebangan atau kebakaran.
Salah satu kendala budidaya anggrek menurut Endang adalah lamanya waktu pertumbuhan. Dengan teknologi alami, atau perbanyakan anakan, anggrek bulan butuh waktu tiga tahun sampai berbunga. Dengan teknik kultur jaringan, hanya dibutuhkan waktu dua tahun. Sementara dengan metode transfer gen ini, menurut Endang, hanya butuh waktu satu tahun.
NIOC Encouraged Award 2009 merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan bersamaan acara Nagoya International Orchid Show, Jepang, ini memberikan penghargaan kepada peneliti dengan hasil penelitian terbaik tiap tahunnya. Pada even ini Endang dinobatkan sebagai pemenang pertama, mengungguli dari 159 peserta peneliti dari 36 negara diantaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya.
Endang yang meneliti anggrek sejak tahun 2001 ini mengaku prihatin dengan kondisi peranggrekan di Indonesia. Dari 20.000 jenis anggrek di dunia, 5.000 jenis diantaranya berada di Indonesia. “Dari 5.000 jenis tersebut, baru 1.500 jenis yang sudah bisa diidentifikasi. Siasanya belum sempat teridentifikasi, bahkan dikhawatirkan sudah punah sebelum sempat teridentifikasi akibat laju perusakan hutan,” ujarnya.
Menurut Endang, penelitian tentang anggrek di Indonesia sangat tertinggal dengan Taiwan, Thailand dan Singapuran. “Padahal, Taiwan dan Singapura sama sekali tidak memiliki anggrek alami. Mereka hanya memiliki teknologi,” ujarnya. Negara terkemuka di bidang peneltian anggrek, menurut Endang, adalah Taiwan. “Penelitian anggrek di Taiwan didanai oleh pemerintah,” ungkapnya.
Saat ini Endang tengah melakukan penelitian budidaya anggrek hitam yang merupakan tanaman asli Kalimantan. Penelitian dilakukan di Fakultas Biologi UGM. Menurut Endang, di habitat aslinya di Kutai, Kalimantan, populasi anggrek hitam makin menipis. Selain karena perburuan manusia juga makin menyempitnya hutan akibat penebangan atau kebakaran.
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2009/04/14/brk,20090414-170329,id.html
Penanaman Anggrek (Phalaenopsis amabilis)
Penanaman anggrek pada umumnya
menggunakan pot yang berbahan dasar tanah liat dan tidak pot plastik.
Pot tanah memiliki keunggulan yakni tidak panas dan dapat merembeskan
air siraman anggrek, sedangkan pot plastik mudah panas jika hawa udara
sedang panas, tidak bisa merembeskan air siraman kecuali diberi lubang.
Dalam melakukan penanaman anggrek, media tanamnya yakni bisa menggunakan
arang kayu, pakis ataupun pecahan bata dan genting. Untuk penanaman
bibit anggrek yang baru keluar dari botol, maka harus menggunakan pakis
lembut dan arang kayu yang terlebih dulu dipanaskan biar steril dari
bakteri dan hewan lainnya. Bibit dari botol dikeluarkan secara perlahan,
dan ditanam dalam kompot dengan media tanamnya yakni bagian bawah pot
adalah arang kayu, dan bagian atasnya pakis lembut, disini difokuskan
akar bibit anggrek agar tertutup pakis lembut dan dibiarkan terjaga
lembab. Bibit yang di kompot dibiarkan selama sekitar 1-2 bulan dan baru
dipindah dalam single pot. Penanaman dalam single pot ini dilakukan satu per satu dalam satu pot tanah. Continue reading
Pembibitan dan Perbanyakan Anggrek
Anggrek dapat diperbanyak dengan beberapa cara generatif dan vegetatif. Pembiakan secara generatif adalah sebagai berikut :

Agar Anggrek Tumbuh dengan Baik (Phalaenopsis amabilis)

Ciri Khusus Anggrek
Seperti tanaman lainnya, tanaman
anggrek juga terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Perbedaan
tanaman anggrek dengan tanaman lainnya terdapat pada bentuk bunganya.
Berikut ini beberapa ciri khas tanaman anggrek :
1. Akar

Bididaya Anggrek Bulan Di Luar Habitatnya

Phalaenopsis amabilis dapat tumbuh dengan
baik dan normal pada ketinggian 50- 600 m di atas permukaan laut
(dpl). Suhu udara yang disukai anggrek bulan yakni berkisar antara 15-35
derajat celcius (suhu optimal bagi pertumbuhannya, 21 derajat).
Kelembaban udara (RH), spesifikasi iklim yang ideal antara 65%-70%,
Intensitas sinar matahari, semi teduh atau semi naungan berkisar antara
15%-30%. Untuk menciptakan lingkungan tumbuh anggrek bulan yang ideal
dapat dibangun green house, bisa juga menempelkannya pada batang pohon
rindang, atau diletakkan di beranda rumah lalu di beri naungan. Anggrek
bulan membutuhkan medium tumbuh yang berfungsi sebagai tempat hidup dan
tempat menyimpan hara (zat makanan) serta air. Continue reading
Sejarah dan Asal Usul Anggrek
Anggrek termasuk dalam suku anggrek-anggrekan atau famili “Orchidaceae” yang dalam bahasa yunani, kata “orchid” berasal dari
orchis
yang berarti testicle atau buah zakar. Zaman dahulu anggrek identik
dengan pria, baik warna, bentuk bahkan strukturnya. Anggrek juga
melambangkan kesuburan dan kejantanan, dahulu muncul anggapan jika
mengkonsumsi anggrek muda, maka seseorang bisa memiliki anak laki-laki,
dan jika mengkonsumsi anggrek tua akan melahirkan anak perempuan, tetapi
dalam mitos ini tidak disebutkan arti konsumsi ini dimakan sebagai
bahan makanan atau hanya dinikmati keindahan bunganya saja. Anggrek
termasuk keluarga besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau
berbiji tertutup angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal
(monocotyledone), ordo orchidaceae (anggrek anggrekan). Tanaman anggrek
dapat tumbuh di dataran rendah, gurun kering, hutan rimba yang panas
sampai dengan dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju.
Paling banyak spesies anggrek berasal dari daerah tropis karena
disebabkan oleh agroklimat di daerah tropis itu sendiri sangat cocok
untuk pertumbuhan anggrek (Ayub, 2005). Continue reading

PROSPEK DAN MANFAAT ANGGREK (Phalaenopsis amabilis)

Tanaman anggrek merupakan tipe tanaman
yang memiliki kecepatan tumbuh yang relatif lambat. Cepat lambatnya
pertumbuhan setiap jenis anggrek adalah berbeda-beda karena sangat
tergantung dari segi pemeliharaan anggrek itu sendiri. Pertumbuhan
tanaman anggrek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari
dalam angrek itu sendiri maupun faktor luar. Faktor dari dalam anggrek
itu yakni faktor genetik atau jenis anggrek itu, termasuk anggrek alam
atau silangan. Jika jenis anggrek alam maka pertumbuhan dan pembungaan
akan relatif sangat lama sekali jika tanpa perlakuan khusus, tapi jika
jenis anggrek silangan seperti Dendrobium maka pertumbuhan dan
pembungaan relatif lebih cepat. Faktor luar yang mempengaruhi yakni
intensitas penyinaran cahaya matahari pagi, suhu, kelembaban udara,
kebutuhan air, pupuk, serta kecocokan tempat dan media tumbuh, sirkulasi
udara, repotting dan serangan hama dan penyakit tanaman. Oleh karena
itu, teknik budi daya anggrek terutama dalam hal perawatan tanaman perlu
diperhatikan sekali agar proses pertumbuhannya dapat dipacu guna
meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek.
Casino: Why is gambling the most dangerous of all
BalasHapusA casino gambling addict is simply gambling the most febcasino.com dangerous of all other kadangpintar people. A gambler's life is not herzamanindir.com/ just about the https://tricktactoe.com/ outcome of an action, worrione